Hi!
Dipenghujung tahun 2020 ini, saya mau sharing mengenai introspeksi pribadi di tahun 2020 ini.
Minggu lalu, saya dan suami dimintai tolong oleh Romo Paroki, untuk menjadi narasumber di acara rohani dalam rangka bulan keluarga Keuskupan Agung Jakarta. Acara ini ditayangkan di Youtube channel Hidup TV.
Topik dari acara ini adalah mengenai introspeksi dalam keluarga.
Sejak pandemi terjadi di Maret 2020 sampai dengan akhir tahun ini, karena saya menjalani Work from Home, saya mendapat banyak kesempatan untuk menghabiskan waktu bersama keluarga.
Banyak hal – hal yang tadinya tidak terpikirkan oleh saya, menjadi terwujud di 2020. Contoh kecilnya adalah saya bisa memasak berbagai menu makanan yang tidak pernah ada direncana menu mingguan. Semua kegiatan ini saya lewati dengan suka cita dan rasa syukur. Bisa jadi kegiatan ini adalah salah satu bentuk pertobatan saya di tahun 2020. Melayani keluarga dengan suka cita. Karena sebagai ibu bekerja, saya sadar bahwa waktu saya banyak tersita untuk pekerjaan.
Salah satu bentuk pertobatan lainnya yang saya lakukan adalah sign out dan uninstall social media. Terutama Instagram.
Saya mulai merasakan bahwa meskipun saya memberikan batasan konsumsi Instagram (bisa setting di aplikasinya), namun saya tetap tidak bisa fokus pada kegiatan pribadi saya. Terutama ketika Instagram sekarang sudah menjadi tempat pamer dan promosi. Oh lyfe…
Saya menjadi lebih khawatir dalam segala hal, terutama soal tumbuh kembang anak. Internet lebih khususnya sosial media, banyak memberikan informasi dan referensi mengenai tumbuh kembang anak. Hal ini jadi membuat saya membanding – bandingkan anak saya dengan anak lain. Duh, kok Lukas belum bisa makan sendiri ya? Anak artis itu yang seumuran udah bisa makan sendiri. Saya jadi stress sendiri dan malah jadi tidak fokus pada potensial Lukas. Sejak tidak membuka Instagram, saya menjadi lebih kalem dan percaya diri dalam memperhatikan tumbuh kembang anak. Akan tetapi bukan berarti saya tidak mencari informasi mengenai tumbuh kembang anak, namun saya lebih memilih untuk berkonsultasi dengan dokter anak.
Bisa jadi, saya juga salah dalam menggunakan sosial media. Mungkin saya kurang bijak dalam mengkonsumsi sosial media, sehingga merasakan kerugian dan efek negatifnya daripada manfaatnya. Namun tidak apa kan kalau saya akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan sosial media untuk sementara waktu. Tujuannya sederhana : mau menjalani hidup yang sebenarnya. Fokus pada perkembangan pribadi dan keluarga tanpa distraksi oleh keluarga lain di sosial media.
Karena saya tidak pernah tahu bahwa orang di sosial media itu benar – benar menjalani kehidupan seperti yang mereka posting. Demikian pula saya. Bisa jadi yang saya posting itu hanya konten yang berharap bisa di ‘like’sama followers.
Semoga saya bisa tegar dan stay on the track menjalani kehidupan tanpa social media. Karena saya mau 2021 lebih produktif.
Semoga memberikan inspirasi yaa…
Cheers!!