Hi!
Sejak menjalani hidup sederhana dan minimalis, saya jadi lebih sering melakukan riset dalam konsumsi barang. Terumata ketika barang tersebut sebetulnya hanya bersifat keinginan dan bukan kebutuhan.
Berikut adalah beberapa barang yang tidak saya beli sejak menjalani gaya hidup minimalis
- Stationery Lucu
Dulu, ketika belum punya anak, saya suka banget beli pulpen atau buku catatan yang designnya bagus. Walaupun pada akhirnya kedua barang itu hanya masuk ke rak atau laci meja kerja. Atau juga post-it warna warni. Hmm.. namanya juga kerja kantoran, biar meja kerjanya semarak dan jadi semangat kerjanya. Tapi ternyata, ada riset yang menjelaskan bahwa semakin banyak barang di meja kerja seseorang, menunjukkan bahwa orang itu punya pikiran yang berantakan. Akhirnya sekarang saya disiplin dengan satu buku catatan dan satu pulpen saja. Baru beli lagi kalau sudah habis aja.
2. Barang Mumpung Diskon
Nah ini dia biang kerok pemborosan. Sebelum sadar mengenai pengelolaan keuangan yang baik, saya suka banget apabila setiap jalan ke mall dan ada baju atau sepatu diskon, saya akan membelinya. Yang pada akhirnya barang tersebut hanya bertahan beberap kali pakai kemudian bosan dan selanjutnya masuk ke box donasi atau preloved. Sekarang saya masih membeli barang diskon lho, namun hanya jika saya butuh barang itu. Biasanya saya akan memanfaatkan moment promo e-commerce disetiap tanggal kembar itu. Caranya : saya masukkan dulu barang yang mau saya beli ke wishlist, kemudian saat tiba tanggal promo, saya akan purchase.
3. Souvenir dan Oleh – oleh Perjalanan
Kalau ini sebetulnya memang agak pelit kali ya, tapi kan saya liburan pake duit sendiri, boleh donk tetap on budget. Tapi sebetulnya ada beberapa alasan saya tidak membeli souvenir dan oleh – oleh, antara lain :
- Menambah beban bagasi pesawat, terutama jika saya pergi ke luar negeri. Ya, saya memang orang yang malas membawa banyak barang.
- Mengurangi budget liburan saya. Terkadang souvenir dan oleh – oleh itu memakan 10-15% dari budget liburan loh.
- Belum tentu yang saya beli itu disukai oleh si penerima. Misalkan saya belikan kaos souvenir, tapi ternyata dia tidak suka kaos atau malah ukurannya tidak pas.
- Terkadang oleh – oleh adalah barang yang tidak penting. misal : cemilan, magnet kulkas, gantungan kunci, atau kartu pos dan pasti akan berakhir di bak sampah.
Saya hanya akan membeli sedikit barang untuk keluarga yang tinggal di rumah saya. Siapa saja? Biasanya asisten rumah tangga, sebagai reward atas kerja kerasnya mengurus rumah. Bahkan Bapak Ibu saya tidak saya belikan apa-apa hehe.. mereka sudah punya semuanya sih. Bingung juga mau bawain apa ya, kan.
4. Barang Fashion Trend dan Update
Saya termasuk orang dengan gaya klasik. Baju, tas dan sepatu yang saya miliki bentuk dan modelnya biasa saja. Menurut saya potongan baju yang sederhana lebih mudah dipadu padan dan tidak akan termakan jaman. Mengikuti trend membuat saya akan terus menerus berbelanja barang yang tidak saya butuhkan, in the name of trend. Lagipula, kegiatan saya kan hanya sebatas kantor, gereja dan di rumah, tidak butuh baju yang mengikuti trend untuk kegiatan harian saya.
5. Perhiasan dan Aksesoris
Sebagai perempuan Jawa, saya termasuk orang yang suka pakai perhiasan, terutama emas. Karena sejak kecil, saya sudah dibiasakan pakai perhiasan atau aksesoris oleh ibu saya. Yah, namanya juga anak perempuan. Setelah bekerja dan menikah, akhirnya saya mulai membeli emas kepingan saja dibandingkan perhiasan, sekalian buat investasi. Seringnya saya membeli gelang – gelang tali atau manik untuk gaya bohemian. Namun sekarang saya sudah tidak membeli aksesoris semacam itu. Karena memang saya jarang memakainya dan supaya style saya lebih clean aja. Aksesoris yang sekarang saya pakai sehari – hari hanya jam tangan dan cincin nikah. iya, termasuk aksesoris rambut ya. Saya cuma pakai ikat rambut warna hitam.
Kelima kategori barang yang saya sampaikan diatas adalah menurut hemat saya sendiri ya. Belum tentu sesuai dengan gaya hidup orang lain.
Semoga memberikan inspirasi yaa…
Cheers!!