Hi!
Tiba- tiba udah bulan 3 aja ya.. berarti udah setahun pandemi covid. Puji Tuhan, vaksinasi sudah mulai berjalan. Semoga krisis ini segera berakhir dan dunia kembali pulih. Dan semoga, manusianya mulai berefleksi dan bertobat untuk menjaga lingkungan. Sehingga tidak ada lagi bencana dan pandemi.
Ternyata setahun tanpa mall dan nongkrong di restoran hits, saya bisa bertahan dan waras. Malah lebih waras hahaha..
Kali ini saya mau sharing tentang pengalaman saya berhenti dari belanja yang impulsif. Tips yang saya sampaikan ini murni pengalaman saya pribadi, bisa berhasil di orang lain, bisa juga tidak berhasil. Karena semua tergantung niatnya ya, kan. Saya yakin, yang membaca postingan saya kali ini, memang sedang berusaha sembuh dari belanja yang boros dan impulsif.
- Know Your Trigger
Identifikasi dan kenali pemicunya. Apa sih yang membuat kita jadi belanja barang atau mungkin makanan, yang tidak terencana ? Kalau saya, karena bosan. Dulu waktu belum punya anak, saya suka menghilangkan bosan dengan jalan – jalan ke mall hanya sekedar window shopping atau makan. Seringnya, barang yang impulsif saya beli adalah buku. Saya selalu masuk ke toko buku dan mencari buku yang menarik untuk dibaca. Dengan harapan, saya akan menghilangkan bosan berikutnya dengan membaca buku. Tapi kenyataannya, sampai pada saatnya saya mendonasikan buku – buku, ternyata masih ada buku yang utuh terbungkus plastik.
Nah, akhirnya saya mencoba mengikuti kegiatan dan komunitas di weekend. Saya ikut kursus, ikut komunitas gereja dan komunitas lain yang saya sukai. Kegiatan ini berhasil menghilangkan rasa ingin ke mall atau window shopping saya. Dan manfaatnya, saya menjadi menambah teman dan pengetahuan. Menulis blog ini juga salah satu cara saya menghilangkan bosan.
2. Unfollow Akun Penggoda Dompet
Sejak sign out dari social media, saya bisa berhenti BM (Banyak Maunya) pada hal – hal yang gak perlu dan gak penting. Karena saya jadi tidak tergoda dengan informasi, promosi, atau postingan orang lain di social media. Sebelumnya, scrolling social media ini juga salah satu kebiasaan saya ketika bosan. Ibaratnya window shopping secara online. Iya gak? Lalu berujung pada ingin membeli sesuatu dari postingan influencer. Saya mulai perlahan, mulai dari unfollow dan berakhir pada sign out. Mungkin sebentar lagi saya akan hapus akun sosmed saya..hehehe…
3. Unsubscribes Email Marketing
Sebelumnya, saya install aplikasi belanja fashion online di handphone. Bagi saya itu semacam pengganti retail teraphy ketika pengen jalan – jalan ke mall, tapi gak ada waktu atau malas aja. Meskipun saya termasuk jarang membeli baju secara online, namun aplikasi ini menjadi mengganggu ketika mulai melancarkan re-marketing nya lewat email. Promosi diskon, promo tanggal gajian, dan banyak lagi. Akhirnya, saya unsubscribes dan uninstall aplikasinya. Cara ini sangat efektif bagi saya yang ternyata bisa – bisa aja tuh, setahun gak beli baju atau sepatu.
4. Buat Budget
Saya akan memasukkan budget belanja di section Playing. Intinya, belanja pun juga harus dibuatkan budget. Tujuannya ya untuk mencegah impulse buying ini. Apabila belanja kita sudah lebih dari budget, artinya itulah impulse buying. Ada pembeliannya tidak terencana yang menyebabkan budget Playing menjadi minus.
Budget ini juga membantu kita melakukan pembelian yang direncanakan.
Dikeluarga saya, budget Playing biasanya untuk jajan makanan lucu atau kekinian. Setiap minggu saya budgetkan sekitar 200 ribu. Jika sebelum akhir bulan, si budget sudah habis kuotanya, artinya, saya tidak akan beli makanan lucu lagi.
5. Buat Wishlist
Mulailah membuat daftar Kebutuhan vs Keinginan.
Jika kita memang butuh barang tertentu, maka kita bisa mulai menabung dan merencanakan untuk membeli barang tersebut. Sebaliknya kalau keinginan saja, artinya itu bakal jadi impulse buying.
Nah, fitur wishlist yang ada di marketplace sering saya manfaatkan. Ketika saya ingin sebuah barang atau produk, saya akan memasukkan produk tersebut di dalam wishlist. Dan seringnya, saya suka lupa kalau ada barang itu di wishlist. Bahkan bisa sampai 2 bulan. Artinya, saya memang gak butuh bahkan waktu itu mungkin laper mata aja. Maka biasanya barang – barang semacam itu saya hapus dari wishlist.
6. One In One Out
Peraturan ini seringnya berlaku untuk baju, sepatu dan tas. Biasalah… perempuan ya, kan? Impulsifnya ya di 3 jenis barang itu. Kalau make up dan perhiasan saya enggak terlalu sih. Gak pernah dandan sih.
Jadi peraturan ini saya terapkan ketika saya mau beli baju atau sepatu. Saya harus mengeluarkan satu baju atau sepatu yang lama lebih dulu, entah dijual atau donasikan, baru kemudian saya membeli yang baru. Kalau barang lama belum keluar dari lemari atau rumah, ya saya gak akan beli yang baru.
7. Tunggu 30 Hari
Peraturan lain yang saya terapkan. Ini kadang kejadian kalau saya naksir barang yang ada di toko, tapi gak yakin butuh, pengen atau laper mata sesaat. Biasanya saya akan langsung keluar dari toko itu dan tunggu sekitar 30 hari untuk memutuskan membeli atau tidak. 30 hari waktu yang lama untuk lupa dengan barang itu. Biasanya memang bakal lupa sih, kayak kejadian di wishlist saya.
8. Lakukan Riset
Ini ibarat bikin daftar pro dan kontra jika ingin membeli sebuah barang. Kalau pengalaman saya, ada 4 pertanyaan yang saya jadikan acuan :
- Apakah saya akan sering menggunakan barang itu? ini biasanya ini barang – barang rumah tangga.
- Jika barang tersebut jarang saya pakai, Apakah saya bisa sewa atau pinjam dari orang lain? Contoh : sepeda dan mainan anak, saya pilih sewa. Karena anak saya gampang bosan sama mainan.
- Apakah saya bisa membelinya secara pre loved/secondhand? Saya beli baju pre loved lho.
- Apakah harganya worth for value? Misal : saya beli tas ransel yang harganya jutaan, tapi jika tas itu saya pakai tiap hari dan awet sampai bertahun tahun, why not..
9. Bayar Secara Cash
Cash is the King! Belilah barang dengan bayar tunai. Baik itu uang fisik maupun debit. Karena itu akan lebih berasa sedihnya hehehe… Dengan membayar tunai, pasti akan terasa diakhir bulan, bahwa ternyata duit kita pergi untuk hal – hal yang tidak kita butuhkan. Sehingga pada bulan berikutnya, kita akan lebih sadar dalam membelanjakan uang. Kita jadi tahu kebiasaan belanja yang impulsif itu berakibat tidak baik pada kondisi keuangan kita sendiri.
10. Stop Window Shopping
Ya udah, kalau memang ingin berhenti impulse buying, cara paling manjur adalah berhenti window shopping. Baik offline maupun online. Karena tidak berfaedah. Mendingan jika punya waktu luang gunakan untuk melakukan hobi, atau kursus online (sekarang banyak kursus online lho..), ikut komunitas, atau berkarya menciptakan sesuatu.
Perlu diingat, bahwa impulse buying itu bukan hanya berdampak buruk bagi kesehatan keuangan, namun juga bagi lingkungan.
Dari banyak tips yang saya sampaikan tadi, sebetulnya ada yang bisa kita lakukan untuk merubah cara pandang kita terhadap keinginan akan belanja yang impulsif. Sesekali luangkan waktu berkunjung ke panti asuhan anak atau bayi. Percayalah, kegiatan ini akan merubah pandangan kita terhadap sebuah keinginan memiliki sebuah barang.
Semoga memberikan inspirasi yaa…
Cheers ^^