Hi!
Postingan sebelumnya, saya suka nulis dan cerita tentang mengurangi, membeli lebih sedikit, atau tidak beli sama sekali. Kesannya saya pelit yah? Hehehe..
Padahal saya gak pelit lho, hanya mindful spending aja… Lebih diutamakan untuk hal – hal yang meningkatkan value dalam kehidupan saya dan keluarga.
Saya mengurangi pembelian atau pembelanjaan di beberapa barang atau sektor karena ada beberapa hal atau bagian dalam kehidupan saya yang ingin saya perhatikan lebih.
Berikut adalah beberapa hal yang saya mau mengeluarkan dana atau biaya lebih banyak, sebagai orang yang sedang berproses menjalani minimalisme.
1 Kesehatan
Bagi saya,kesehatan adalah aset paling penting dalam kehidupan manusia. Jiwa dan raga yang sehat membuat manusia melakukan aktivitas sehari – hari dengan baik dan lancar. Badan yang sehat adalah investasi jangka panjang.
Kesehatan jiwa dan mental, saya percayakan pada Tuhan Yesus. Curhat lewat doa memang paling mujarab untuk saya pribadi. Apalagi sejak menjadi ibu saya merasakan kewalahan dalam melakukan tanggung jawab harian. Kadang saya juga mengalami kekecewaan dalam hati saya, karena support system yang tidak berjalan dengan baik. Jadi, jika ada kesedihan, kekecewaan,dan kekhawatiran , saya pilih Tuhan Yesus sebagai tempat curhat. Berkeluh kesah lewat doa membuat saya lebih sabar dan selalu bersyukur ketika mendapati tantangan dan dinamika dalam hidup.
Kesehatan raga jelas penting. Apalagi masa pandemi seperti sekarang. Beberapa budget saya alihkan ke bagian ini. Multivitamin, madu, masker medis, hand sanitizer, cairan disinfektan apapun itu yang mencegah terpapar virus, saya belanjakan. Makanan dengan gizi dan nutrisi yang baik juga menjadi prioritas kami sekeluarga.
Saya ingat dulu waktu hamil Lukas, makanan yang saya konsumsi tidak pernah sembarangan. Segala nutrisi yang diperlukan untuk perkembangan janin, saya hajar. Alpukat, ikan salmon, susu almond banyak lagi. Mahal? iya.. namun seperti yang saya sampaikan, bahwa saya tidak mau minimalis untuk kesehatan. Apalagi Lukas memang sudah ditunggu selama delapan tahun perkawinan.
Saya juga tidak melupakan olah raga. Saya masih ikut senam atau zumba dirumah dengan media Youtube. Murah dan hemat kan?
2. Ilmu dan Pendidikan
Bagi saya, ilmu dan pendidikan itu penting. Pendidikan yang baik membuat manusia menjadi lebih mempunyai value. Pendidikan formal penting, namun pendidikan non formal yang diajarkan di rumah jelas punya peran utama dalam membentuk karakter seseorang.
Saya dan suami termasuk orang yang suka menambah ilmu dan keahlian lewat buku, kursus dan training. Saya pernah lho, ikut kelas menulis sastra di Salihara selama sekitar 3 bulan hanya untuk menambah ilmu seputar menulis cerita sastra. Karena menulis memang menjadi minat saya sejak sekolah.
Suami saya melanjutkan pendidikan masternya di Australia selama 2 tahun. Kalau dia memang dari keluarga akademis. Bapak mertua saya adalah profesor pengajar di Universitas Gadjah Mada. Wajar jika suami saya memiliki keinginan untuk selalu belajar dan belajar terus.
Ketika saya hamil Lukas, saya dan suami langsung menyiapkan dana pendidikan untuk Lukas sampai kuliah. Caranya adalah dengan investasi. Setiap bulan, pendapatan bulanan suami akan dialokasikan sekitar 15% untuk investasi dana pendidikan Lukas.
Saya dan suami percaya bahwa pendidikan yang baik itu juga membantu seseorang untuk menemukan pasangan hidup yang setara. Pemikiran ini muncul karena kebetulan kami menjadi fasilitiator calon pasangan menikah secara Katolik. Pasangan yang setara menjadi pendukung perkawinan yang harmonis, sejahtera dan bahagia.
3. Traveling
Saya suka perjalanan. Kemanapun. Asal bukan ke mall. Perjalanan yang saya maksud adalah menuju kota lain atau negara lain. Itulah sebabnya, saya membuat alokasi budget khusus traveling. Saya dan suami membuat jadwal, paling tidak setahun sekali kali liburan ke kota atau negara lain.
Traveling yang saya lakukan ini biasanya budget nyaman. hehehe.. gimana ya? Ya, maksudnya gak mewah dan gak irit. Yang penting nyaman dan meninggalkan memori menyenangkan buat saya.
Saya pernah liburan sama 2 sahabat saya ke Hongkong dan menginap di apartemen dengan ukuran 9m2. Yang penting bisa pergi ke Disneyland hihihi…
Saya juga pernah jalan – jalan sama suami ke Jepang (Tokyo, Kyoto, Osaka) dengan memanfaatkan libur Lebaran yang panjang. Tiket pesawatnya mahal. Tapi kami siasati dengan hotel budget dan Air BnB, serta makan mie instan buat sarapan… huehehe..Yang penting semua tempat wisata bisa kami kunjungi termasuk yang ada tiketnya. Baju kami juga bawa sedikit supaya bisa bawa koper 1 saja dan tidak perlu bayar bagasi extra dan baju kami cuci di hotel. Simple kan?
4. Experience / Pengalaman
Pengalaman disini masih seputar ilmu dan traveling. Pengalaman naik kereta cepat dari Osaka ke Kyoto, naik gondola dengan lantai transparant di Ngongping 360, pengalaman naik uber dengan mobil AUDI atau BMW di Lyon, bagi saya itu merupakan memori yang bisa saya simpan sampai tua nanti.
Pengalaman ikut sayembara menulis cerpen. Tahun 2013 dan 2015, cerpen fiksi saya ada yang pernah masuk sayembara menulis dan dijadikan buku kumpulan cerpen. Senang rasanya bisa punya karya.
Saya ingin Lukas bisa mempunya pengalaman yang lebih banyak kelak.
5. Investasi Masa Depan
Saya adalah sandwich generation. Generasi dimana saya harus membiayai hidup anak saya dan orang tua saya dalam waktu bersamaan. Saya tidak mau Lukas mengalami apa yang saya rasakan sekarang.
Biaya hidup kami sekeluarga sudah dicukupi oleh suami, namun untuk orang tua saya sendiri, saya harus menanggungnya.
Sandwich generation terjadi karena orang tua saya tidak mempersiapkan masa pensiunnya dengan baik. Sayangnya mereka tidak pernah mengkomunikasikan keuangan dengan anak-anaknya, sehingga saya dan adik saya tidak pernah tahu kondisi keuangan orang tua kami. Sebagai anak, saya sadar bahwa membantu orang tua itu jelas kewajiban. Namun, bukankah menjadi orang tua itu juga harus mempersiapkan masa depan dengan baik?
Berdasarkan apa yang saya alami, maka saya dan suami harus mempersiapkan masa tua kami dengan paripurna. Semuanya. Termasuk mau tinggal dimana, makan apa, bagaimana biaya berobat jika sakit, mau berkontribusi apa pada masyarakat dan lingkungan, bagaimana gaya hidupnya, dan macam – macam.
Biaya hidup di masa tua itu harus disiapkan dari sekarang. Sedini mungkin semakin baik. Salah satunya adalah dengan investasi. Reksa dana saham atau Reksadana lainnya. Yang penting dihitung dengan teliti berapa kebutuhan kita nanti di masa tua, jika sudah pensiun dan tidak bekerja lagi.
Tahun ini kami sedang memulai sebuah proyek di Jogja, tempat dimana saya dan suami mau menghabiskan masa tua. Kembali ke hometown kami. Proyek ini juga merupakan salah satu cara kami mempersiapkan masa depan kami saat tua nanti. Doakan yaa…
Kira- kira itu tadi 5 hal yang saya tidak mau minimalis dan mau mengalokasikan dana extra ke sektor tersebut.
Semoga memberikan inspirasi yaa..
Cheers ^^