5 Manfaat Puasa Social Media

Hi!

Ramadhan ini selain puasa makan dan minum, pernah terpikir untuk puasa social media gak?

Sejak bulan Oktober 2020 lalu, saya memutuskan untuk uninstall Instagram dari handphone saya. Facebook dan Twitter saya memang tidak install di handphone dan hampir tidak pernah buka juga.

Saya mulai menemukan dan merasakan bahwa social media ini lama kelamaan menimbulkan perasaan negatif ketimbang positifnya. Terutama tentang ujaran kebencian, provokasi agama, takhayul, dan konten – konten tidak bermanfaat lainnya. Social media tidak mempunyai editor seperti layaknya mass media konventional. Sehingga siapapun yang memiliki akses ke social media dapat mem-posting apapun. Baik itu bermanfaat maupun tidak. Yang penting dapat banyak followers, like dan comment.

Awal mula saya puasa social media ini adalah dengan unfollow akun teman saya sendiri. Dari situ, ternyata saya hanya follow sekitar 60 akun populer yang menurut saya bermanfaat dan sesuai dengan tujuan dan value hidup saya. Dan kebanyakan, 60 akun itu bukan teman saya. Ohya, saya tidak follow akun influencer. Mata nurani saya mulai terbuka, apa betul yang diposting oleh teman-teman saya di sosmed ini adalah diri mereka yang sebenarnya? Lalu siapa mereka yang ada di pertemuan fisik selama ini? Mana yang otentik? di sosmed atau di pertemanan offline?

Demi menghindari miskonsepsi atau persepsi yang salah pada teman saya, maka saya memutuskan untuk unfollow mereka di dunia maya. Karena saya ingin mempunyai teman yang sebenarnya di dunia nyata.

Setelah sekitar 7 bulan tanpa social media, saya merasakan banyak manfaatnya bagi kehidupan sehari – hari. Berikut rangkumannya, paling tidak ada 5 Manfaat Puasa Social Media yang saya temukan.

  1. Lebih Fokus dan Produktif

Sejak tidak ada ikon social media di handphone, saya sekarang bisa lebih fokus pada kegiatan saya sehari – hari. Entah kenapa godaan untuk membuka sosmed jadi hilang sama sekali. Saya jadi lebih suka baca resep masakan dan belajar membuatnya. Saya juga bisa menjalankan rutinitas harian dengan lebih teratur dan sesuai target.

Yang paling penting, kerinduan saya akan menulis telah terobati. Terbukti munculah blog ini. Ternyata dari dulu kesukaan saya adalah menulis. Saya teringat, sebelum social media menjadi terkenal, saya pernah menulis banyak cerpen dan bahkan ada 2 cerpen sederhana yang masuk ke sayembara menulis. Tanpa social media saya bisa menghasilkan karya, meskipun kecil.

Hey! Saya juga buka toko di marketplace. Side hustle kecil – kecilan lumayan buat jajan bakso sama Lukas.

2. Lebih Tenang dan Kalem

Social media terkadang menyajikan konten yang tidak bermanfaat dan kadang menimbulkan keresahan dan kecemasan bagi saya pribadi. Isu agama, konspirasi apalah, politik kotor, pamer harta, dan sebagainya.

Belum ditambah akun promosi dan jualan produk online. Oh betapa semaraknya sosial media sekarang ini.

Puasa sosial media memberikan dampak positif bagi psikis dan mental saya. Saya tidak lagi merasa kurang, insecure, cemas dan khawatir akan hal-hal yang tidak mempunyai nilai dalam hidup. Namun, bukan berarti saya tidak update informasi ya. Saya tetap update informasi dari media konvensional yaitu portal berita dan atau siaran televisi.

3. Lebih Sehat

Tentu saja, dengan menghilangkan penyebab rasa cemas, insecure dan khawatir, mental kita jadi lebih sehat. Ini sangat berpengaruh pada daya tahan tubuh lho. Menghilangkan stress dan pikiran negatif dari dalam diri kita.

Manfaat lain yang saya rasakan adalah saya jadi rajin olahraga. Yah walaupun sekedar senam niruin video di Youtube, tapi saya bergerak dan membakar kalori. Bukan jadi kaum rebahan. Olah raga juga salah satu cara saya untuk meningkatkan imun selama pandemi ini.

Pola makan juga membaik. Terkadang saya makan sambil scrolling Instagram. sehingga saya tidak memberikan perhatian pada makanan saya. Asal kunyah asal telen. Akibatnya kadang perut jadi begah.

Hey! Mau coba Challenge dari saya tidak? Jika keinginan untuk membuka social media muncul, coba alihkan dengan minum segelas air putih (asalkan bukan pas bulan puasa ya). Coba perhatikan, berapa liter air putih yang sudah masuk ke tubuh kita?

4. Disconnet To Reconnect

Jika boleh berpendapat, salah satu tantangan menjadi ibu di era digital adalah memperhatikan keluarga tanpa godaan ingin membuka sosial media. Terkadang saya lupa, bahwa menghadirkan diri sebagai ibu saat bersama anak adalah kewajiban saya sebagai orang tua.

Sejak WFH ini, saya mulai membaca kebiasaan Lukas. Jika ibunya duduk di depan laptop dan bekerja, maka dia akan mencari cara supaya ibunya bisa bermain bersama. Entah itu pura-pura kesakitan, pura-pura mau lompat dari sofa, atau menarik tangan saya untuk ikut bermain. Lukas hanya ingin bermain bersama ibunya. Dia tidak mau diduakan oleh gadget.

Waktu yang saya gunakan untuk sosial media sekarang saya manfaatkan untuk lebih banyak memperhatikan Lukas. Tapi bukan berarti saya tidak punya ‘me time‘. Me time yang saya butuhkan cukup sederhana, cuci piring sambil dengerin playlist Backstreet Boys juga sudah bikin happy. (ketahuan era 90an banget)

5. Menekan Biaya Non Essential

Pernah cek berapa banyak makanan atau produk yang dibeli secara impulsif hanya karena racun TikTok atau promosi di Facebook dan Instagram?

Betapa sosial media itu semakin lengkap dengan promosi dan barang jualan. Saya pernah mengambil kelas singkat Digital Marketing by Google, dan disitu disampaikan bahwa social media itu sebaiknya menjadi sarana untuk engagement dengan customer atau klien. Bukan sebagai main store. Main Store-nya bisa melalui website atau marketplace.

Saya pernah tergoda mencoba skincare hanya karena ada ulasan di instagram. Hasilnya, kulit saya ambyar gess. Kapok banget tidak mau lagi coba-coba skincare, meskipun ulasannya bagus. Jadi sekarang kalau mau beli produk skincare, saya lebih suka membuka website resminya dan membaca satu-satu itu bahan-bahan kimia yang terkandung di dalamnya.

Bagi yang menggunakan kuota internet dari kartu seluer, pernah mencoba berhitung tidak? Berapa kuota internet yang tersedot hanya untuk scrolling Instagram atau Facebook? Lihatin video Tiktok sampai berjam-jam, lalu tiba-tiba kuota habis. Lumayan loh bisa hemat 50 ribu sampai 100 ribu tiap bulan hanya dengan mengurangi konsumsi sosial media. Uangnya bisa ditabung atau buat beli reksadana. Horee…!!

Well, call me old fashioned. Puasa sosial media ini menjadi salah satu cara saya untuk mulai fokus pada hal – hal yang bermanfaat bagi kehidupan saya dan keluarga. I want to being present and live in the moment.

Semoga memberikan inspirasi yaa…

cheers ^^

Back to Top