Biaya (kecil) yang (kadang) Menjadi Besar

Hi!

Awal bulan saatnya menilik kebiasaan konsumsi nih. Sebelum menerima gaji ya kaann..

Sejak pandemi, terus terang saya lebih nyaman membeli barang kebutuhan keluarga secara online. Alasan utama jelas karena saya menghindari keluar rumah dan berada di kerumunan. Jadi saya tidak ke pasar dan ke mall.

Terima kasih kepada marketplace karena membuat saya bisa belanja hanya dengan tat-tit-tut di handphone pake jempol. Namun, belanja online terkadang menjadi boomerang juga ya. Mudah namun ada cost tersembunyi dibalik kemudahan itu.

Berikut daftar biaya yang tampak kecil namun ternyata bisa menjadi besar, sebagai akibat dari perilaku konsumsi dan perilaku berbelanja kita dan bagaimana cara saya menyiasati biaya-biaya tersebut. Dan biaya – biaya ini sudah seharusnya masuk kedalam anggaran belanja bulanan rumah tangga, supaya tidak ada minus – minus anggaran.

  1. Ongkos Kirim

Hail Marketplace! Saya pribadi merasa sangat – sangat terbantu dengan yang namanya markeplace ya. Beli barang kebutuhan rumah tangga gak perlu ngeluarin mobil dari garasi dan macet – macetan di jalan.

Namun, kita juga perlu bijak melihat biaya kirimnya. Saya paling suka mencari vendor yang punya program bebas ongkir. Karena bisa memangkas sekitar 10.000 – 20.000 rupiah.

Untuk kebutuhan mendesak yang terpaksa menggunakan pengiriman instan dan sameday, saya akan mencari vendor dengan jarak terdekat dari rumah saya, sehingga biaya ongkirnya bisa dapat potongan promo atau malah gratis.

Kemudian untuk produk yang volumenya besar atau berat, saya juga pilih pakai kurir instant atau sameday, karena kurir semacam itu tidak kena ongkos volume atau berat.

Lalu bagaimana dengan pesanan makanan online lewat GoFood Grab atau Shopee? Untuk pesanan makanan ini, saya memang jadi suka bikin perhitungan sama harga makanannya. Bisa saja itu, harga ongkirnya lebih mahal dari harga makanannya. Kalau sudah ketemu yang begini, biasanya saya batal pesan. Hehe.. gak rela akutuh.

2. Biaya Transfer Antar Bank

Jika belanja online tapi bukan di marketplace, misal lewat WA atau Instagram, terkadang kita melakukan pembayaran transfer antar bank, yang biasanya ada biaya transfer yang bisa sampai 6.500 rupiah.

Biaya tranfer antar bank, jika terlalu sering juga lumayan bikin boncos loh.

Kalau saya sendiri memang tidak pernah melakukan belanja atau transaksi diluar marketplace, sehingga biaya semacam itu dapat direduksi.

3. Biaya Layanan / Service Fee

Biaya layanan suka muncul di pesanan online makanan. Yang membuat harga makanannya jadi ulala…

Dulu saya tidak memikirkan beginian, tapi setelah dihitung – hitung, kalau biaya layanan per pesanan min. 3000 rupiah, sepuluh kali pesan makanan, bisa dapat 30.000 rupiah. Ini harus dianggarkan sih, karena 30 ribu itu udah bisa buat beli telur ayam sekilo.

Tapi tidak semua vendor makanan ada biaya semacam ini. Jadi masih bisa pilih – pilih vendor yang bebas biaya layanan. Oiya, saya juga menemukan kadang pesen makanan pake online, ada platform fee juga. Apalagi deh ini?

4. Parkir dan Toll

Parkir di mall atau gedung kantoran 5.000/jam ya? Kalau jam kantor 9 jam, berarti 45.000 ya sehari. Ini pengalaman saya lho. Sehari bisa habis 50.000 untuk parkir doang.

Sebelum pandemi, saya ke kantor naik ojek online, tapi sejak pandemi, saya pilih naik mobil sendiri aja. Jadi menurut saya biaya parkir harus dibuatkan budget sendiri karena nilainya sangat besar untuk area Jakarta.

Bayangkan, 50.000 x 20 hari kerja : 1 juta untuk parkir saja. Oh betapa…

jangan lupa parkir di Indomart atau Alfamart yang biasanya cuma 2000 rupiah, tetap harus dianggarkan. Karena kalau dikalikan 10 kali mampir juga bakalan gede ya.

Untuk yang setiap hari ke kantor naik toll, saya yakin sudah memasukkan anggarannya ke dalam biaya operasional. Namun bagaimana jika arah perjalanannya berubah? Misalkan harus pergi ke tempat klien yang kantornya ada di ujung pelangi? Dan tarif toll-nya berbeda dari tarif harian?

Mungkin saatnya membuat kartu toll khusus perjalanan bisnis. Siapa tahu bisa direimburs ke kantor. 😉

Kecuali profesi kita adalah freelance atau pengusaha yang memang mobilitas tinggi. Tapi harusnya itu sudah masuk dalam perhitungan profesi sih ya..

5. Pak Ogah Persimpangan

Bagi pengendara mobil, pasti selalu menyiapkan recehan 1000 rupiah untuk pak Ogah di persimpangan jalan. Mungkin sebaiknya mulai dibudgetkan untuk pak Ogah ini. Mungkin sebulan bisa 100.000 sendiri lho. Ya gak?

Sekian postingan kali ini mengenai matematika haha..

tapi coba dihitung deh, iya apa iya ternyata pengeluaran kita banyak missed dibagian ini. Saya sih begitu ya, ternyata biaya operasional kalau bekerja di luar rumah itu besar sekali.

Hmm… mulai berpikir untuk bekerja dari rumah saja nih… Jreenng…

Semoga memberikan inspirasi yaa..

Cheers ^^

Back to Top