Beware! Potensi Clutter Dalam Rumah

Hi!

Sejak mengikuti kelas berbenah secara online, saya jadi ‘polisi clutter’ di rumah. Setiap saat sedang duduk di ruangan manapun, mata saya akan jelalatan menyisir seluruh ruangan mencari barang – barang yang ‘mengganggu’ visual. Hehe.. bukan kok, saya bukan OCD, hanya neat freak :p

Ternyata, sekuat apapun saya berusaha mengurangi konsumsi barang – barang demi mencegah clutter di dalam rumah, ternyata ada saja lho tumpukan barang gak penting di dalam rumah.

Berikut adalah kategori barang yang tanpa kita sadari berpotensi menjadi clutter di dalam rumah kita.

  1. Barang Yang Tidak Kembali ke ‘Rumahnya’

Ini sebetulnya adalah faktor dari si pemilik barang itu sendiri. Ketika selesai menggunakannya, tidak segera merapikan dan mengembalikannya ke tempat semula. Contohnya seperti mainan anak. Itulah sebabnya saya selalu mengajak Lukas untuk beberes mainan setelah selesai bermain. Dan saya membuat kategori jenis mainannya sehingga Lukas tahu dimana harus mengambil dan mengembalikan mainan sesuai jenisnya.

Sesederhana mencuci piring setelah selesai makan, tidak perlu menunggu bertumpuk banyak atau menunggu si embak untuk mencucinya.

Atau mencabut charger handphone dan laptop, setelah selesai digunakan.

2. Barang Gratisan

Siapa yang suka gratisan? Sayaaa… ^^ yang dulu, sebelum mengenal minimalisme adalah orang yang suka gratisan.

Bonus pembelian produk skincare misalnya, yang pada akhirnya terkumpul buanyak banget dan tidak saya gunakan, karena kebanyakan tidak sesuai dengan kondisi kulit saya. Sekarang beberapa barang itu sudah saya jual di lapak preloved.

Mempunyai teman yang baik dan perhatian memang menyenangkan, apalagi kalau pas ulang tahun suka kasih kado. Sayangnya, kadang kado – kado itu tidak sesuai dengan yang kita butuhkan atau inginkan. sejak 3 tahun lalu saya selalu menolak kado ulang tahun dari teman – teman saya. Bukan kenapa napa, tapi saya memang sedang tidak butuh sesuatu saat itu. Buat apa kado itu jika pada akhirnya tidak saya pakai dan berakhir untuk orang lain?

3. Pilahan Sampah Rumah Tangga

Inilah yang selalu dihadapi oleh keluarga yang concern dengan lingkungan dan mulai memperhatikan memilah sampah di rumahnya. Ketika sampah – sampah itu sudah dipilah, namun tidak segera disingkirkan ke bank sampah sesuai kategorinya. Alias menunda. Malah membuat rumah atau minimal salah satu sudut rumah menjadi toko barang bekas.

Sekarang mulai banyak jasa atau komunitas yang mau menjemput sampah pilahan rumah tangga, jika kita memang tidak punya waktu atau menghindari pergi keluar rumah di masa pandemi sekarang ini. Kita bisa menggunakan jasa mereka lho.

4. Sentimental Items

Alias benda kenangan. Siapa sih yang gak punya kenangan? Terkadang kita menyimpan benda – benda semacam ini karena berbagai macam hal, misal karena takut kehilangan memori akan benda itu atau benda itu adalah pemberian almarhum orang tua.

Jujur saja, sejak saya berhasil mendonasikan hampir 90% buku saya ke organisasi yang membutuhkan, sekarang saya sudah tidak merasa kesulitan melepas benda kenangan. Karena buku adalah salah satu benda kenangan untuk saya. Buku – buku itu yang memberi saya pengetahuan dan imajinasi sehingga membuat saya selalu suka membaca dan menulis.

Benda kenangan saya saat ini adalah bouncer bayi, dimana bayi Lukas dulu waktu belum bisa lari – larian seperti sekarang, suka duduk anteng disitu, mainan teether-nya. Mungkin nanti kalau Lukas sudah 3 tahun, akan saya lepaskan. Hehe..

Beri tenggat waktu untuk benda kenangan, sementara bisa dimasukkan ke dalam kotak dan disimpan di lemari. Jadikan time capsule. Buka kembali setelah setahun mungkin? Kemudian tentukan nasibnya kemudian.

Ingat, bahwa kenangan itu ada dalam diri kita, bukan pada bendanya.

5. ‘Just In Case’ Items

Beberapa orang atau keluarga suka menyipan stock barang kebutuhan rumah tangga sebagai ‘just in case’ items. Supaya gak dadakan ke warung atau supermarket untuk membelinya. Padahal jika kita sudah memperhitungkan kebutuhan mingguan atau bulanan, seharusnya barang – barang kebutuhan rumah tangga seperti itu tidak perlu stock. Stock yang berlebihan juga membutuhkan storage yang besar lho. Gak minimalis kan?

Menurut saya, Emergency Kit adalah ‘just in case’ items paling tepat untuk disimpan. Misalkan APAR, Obat-obatan basic seperti paracetamol obat luka dan antiseptik. Terutama jika anggota keluarga kita ada yang sakitnya suka kambuhan, misal : asma yang butuh inhaler atau tabung oksigen.

6. ‘Someday’ Items

Seperti kata Marie Kondo : Someday meand never happen hehehe..

Suatu hari nanti pasti kepake kok.. gitu biasanya dalih kita terhadap barang semacam ini.

Baju ketika sebelum hamil misalnya, tidak disingkirkan karena nanti juga habis lahiran badannya kan kecil lagi, jadi pasti kepake. Well, based on my experience, setelah saya lahiran, saya butuh baju yang busui friendly dan fyi, badan saya gak langsing kembali seperti yang diharapkan haha.. tapi sekarang udah langsing lagi lho. 165cm/50kg.. kurang langsing apa coba ^^

Barang – barang hobi!

Hobi yang dulu pernah kita lakukan, tapi sekarang tidak lagi karena kesibukan bekerja atau mengurus anak. Sudah saatnya ditengok kembali apakah tiga bulan kedepan kita akan melakukan hobi itu lagi? Jika tidak, mungkin saatnya kita berpisah dengan barang tersebut, diluar sana ada yang butuh loh.

7. ‘One Purpose’ Items

Barang – barang seperti ini biasanya berkaitan dengan peralatan rumah tangga. Misalnya mesin pembuat mie yang fungsinya cuma satu macam tapi penggunaannya jarang.

Nah kalau saya nih, barang seperti ini ada di lemari yaitu pakaian bridesmaid! Coba bayangkan, ada berapa teman saya yang waktu menikah kasih kain kembaran? Kebayang kan lemari saya penuh dengan baju – baju bridesmaid yang hanya dipakai sekali dan tidak akan pernah digunakan lagi. Akhirnya baju – baju itu sudah saya donasikan. Karena memang tidak akan saya pakai lagi.

8. Dekorasi Rumah Yang Berlebihan

Hmm.. Kebetulan saya bukan orang yang menyukai dekorasi. Rumah saya juga tidak ada dekorasinya. Hehe..

saya alergi debu. Dekorasi cenderung ditempeli debu dan membuat kita jadi lebih ribet membersihkan rumah. Misalnya patung, kalau mau membersihkan permukaan, patungnya diangkat dulu, permukaan meja/nakas tempat patung tadi dilap, lalu patungnya dilap, kemudian ditaruh lagi. 5 menit kayaknya.

Berbeda dengan permukaan tanpa patung. dilap. udah .. 5 detik.

Rumah yang banyak dekorasi juga beresiko melukai penghuninya, jika suatu saat terjadi gempa bumi dan dekorasinya pada berjatuhan.

Mungkin mulai dipilah lagi, dekorasi yang paling esential di dalam rumah. Di rumah saya ada 3 foto saya dan suami, Salib dan patung Bunda Maria. Selebihnya? gak ada lagi. Oiya kalau di kamar tidur ada coretan Lukas pake crayon. Hihihi..

Banyak ternyata ya.. barang – barang yang tanpa kita sadari dapat menimbulkan clutter. Tapi ada yang bilang kalau rumah dengan sedikit clutter itu wajar. Ya karena itulah rumah yang menjadi tempat tinggal. Manusiawi gitu. Bahkan di jaman pra sejarah, manusia pendahulu kita juga meninggalkan sampah dapur (kjokkenmoddinger) kan?

Yang penting kita harus selalu rapi dan membersihkan rumah, supaya selalu nyaman dan aman di dalam rumah. Apalagi sekarang sedangn PPKM darurat, gak akan keluar rumah jika tidak penting – penting amat.

Psst.. rumah yang nyaman itu juga diciptakan oleh penghuninya yang harmonis lho..

Semoga memberikan inspirasi ya..

Cheers ^^

Back to Top