5 Kesalahan Minimalis Pemula

Hi!

Sebelum memulai minimalisme, selain melakukan riset dan mencari banyak referensi tentang gaya hidup sederhana ini, ada beberapa hal yang perlu kita luruskan lebih dulu. Supaya tidak melakukan kesalahan ketika memulai dan menjalani gaya hidup ini.

Dari pengalaman saya, ada beberapa hal yang sebaiknya tidak dilakukan ketika mengawali gaya hidup minimalis.

  1. Not Having Your Why (tidak punya alasan)

Untuk mengubah kebiasaan, manusia butuh sebuah ‘why moment Kehadiran Lukas membuat saya berhenti mencari kebahagiaan dalam bentuk tumpukan barang material. Jadi Lukas-lah yang membuat saya mau meninggalkan gaya hidup yang hanya mengejar material dan hidup sederhana bersama keluarga. Alasan saya menjalani hidup yang sederhana ini adalah untuk bisa lebih fokus pada hal – hal yang saya sukai dan memberikan value pada diri dan keluarga saya.

2. Over Decluttering

Memang kebanyakan pemula akan melakukan decluttering ketika akan memulai minimalisme. Namun terkadang saking excited sama perubahan gaya hidup ini, malah jadi over decluttering. Melakukan decluttering secara besar – besaran tanpa berkesadaran. Kadang perilaku seperti ini justru menimbulkan dampak negatifnya, contoh : ternyata ada barang – barang yang masih kita butuhkan dan kita sukai, tapi ikut ter-declutter. Tidak memilah dengan bijak, sehingga semua barang hanya berakhir di tempat sampah.

Sebaiknya decluttering dilakukan dengan bijak dan berkesadaran. Lakukan perlahan dan buat jadwal. Bisa dimulai dengan mengisi jurnal ini.

3. Compare To Others Minimalists

Sudah menjadi habitnya manusia kalau suka membandingkan sebuah gaya hidup dengan orang lain. Apalagi ketika sedang belajar menjadi pemula. Saya sendiri juga pada awal menjalani minimalisme ini sempat mencari pembanding dengan praktisi minimalis yang lainnya. Sampai akhirnya saya menyadari bahwa lebih baik mencari inspirasi ketimbang membandingkan. Apa saja hal – hal baru yang bisa saya adopsi yang sesuai dengan tujuan dan value hidup saya dan keluarga.

Sesungguhnya, jika kita terus menerus membandingkan standard atau gaya hidup minimalis dengan orang lain, maka kita tidak akan pernah memahami minimalisme itu sendiri. That’s why comparison keep you poor..

4. Mengubah Gaya Hidup Dalam Satu Malam

Udah kayak judul lagu dangdut kan?

Perubahan gaya hidup tidak bisa dilakukan dalam waktu semalam. Hari ini memutuskan mau jadi minimalis, lalu besok pagi ketika bangun sudah jadi minimalis. Kadang perubahan dalam kehidupan menimbulkan rasa tidak nyaman, bahkan perubahan cuaca saja, kadang kita gak nyaman kan? Dari panas ke hujan dan sebaliknya. Entah itu menimbulkan alergi atau penyakit lainnya.

Sebaiknya mengadopsi minimalisme ini tidak dilakukan dalam waktu singkat. Karena kita perlu belajar dalam prosesnya, kadang lancar kadang bikin pengen menyerah. Namun jika kita menengok kembali ‘Why Moment’ di awal, maka kita bisa kembali semangat menjalani gaya hidup ini dengan penuh suka cita.

5. Tidak Mengubah Mindset

Saya meyakini bahwa sebuah project atau tujuan hidup bisa tercapai dengan baik jika kita mempunyai mindset yang tepat. Pola pikir dan sudut pandang yang sesuai dengan tujuan hidup tersebut.

Jika kita ingin mengubah gaya hidup dari yang serba mewah dan konsumerisme menuju hidup yang lebih sederhana, maka perubahan pola pikir sangat diperlukan. Ibarat orang yang sedang melakukan diet penuruan berat badan. Daripada fokus pada target angka timbangan tertentu, lebih baik mengubah pola pikir tentang makanan, aktifitas fisik yang baik dapat membantu menjaga kesehatan tubuh. Bonusnya adalah badan yang ramping. Itulah sebabnya ada diet yoyo, yang ketika target angka timbangan sudah tercapai, beratnya balik lagi menjadi gemukan, karena tidak mengubah mindset tentang hidup sehat.

Mengubah mindset juga diperlukan untuk merawat minimalisme itu sendiri supaya berkelanjutan dan memberikan value bagi kehidupan kita.

Semoga memberikan inspirasi yaa…

Cheers ^^

Back to Top