Hi!
Sebagai orang yang tumbuh dan berkembang di tengah keluarga yang sederhana, saya dan pak suami cenderung menjalani hidup yang sederhana pula. Kami berdua pernah merasakan tidak bisa beli mainan yang trend pada masa sekolah dan kami juga pernah mengalami tinggal di rumah kontrakan. Kebetulan bapak saya dan papah mertua juga sama – sama mempunyai profesi sebagai guru.
Namun semua itu entah kenapa tidak membuat kami berdua punya pikiran untuk balas dendam ketika kami dewasa. Bahkan ketika kami mendapatkan pendapatan yang besar, kami tetap menyederhanakan cara hidup kami.
Kali ini saya ingin sharing, mengapa saya dan pak suami memilih untuk hidup sederhana di kota besar, ditengah tengah godaan konsumerisme dan material possession.
- Bebas dari masalah finansial / ekonomi
Saya menyadari hidup di kota megapolitan seperti Jakarta ini gaya hidup menjadi salah satu cara untuk bertahan hidup. Semua hal- hal hype dan trend pasti mendarat pertama kali di ibu kota. Jika tidak bijak dan mengalami culture shock, bisa jadi paparan gaya hidup serba gemerlap bisa menghampiri kita.
Terkadang paparan gaya hidup gemerlap ini juga menimbulkan masalah keuangan dan ekonomi. Rela beli barang branded dengan cicilan kartu kredit hanya supaya bisa diterima pada sebuah pertemanan tertentu. Rela antri berjam jam hanya untuk menjadi yang pertama membeli sepatu limited edition dan bisa langsung diposting di sosial media.
Seolah menjadi bagian trend adalah sebuah kebutuhan pokok hidup di megapolitan.
Namun sayangnya, banyak juga masalah keuangan yang timbul karena gaya hidup yang tidak sesuai kemampuan ini. dan berujung pada lilitan hutang yang menumpuk dan dikejar – kejar debt collector.
Saya memilih untuk tidak terlalu menjadi bagian dari gaya hidup megapolitan. Karena saya sadar bahwa meskipun mampu, namun saya tidak harus mengikutinya. Mengikuti trend bukan sebuah kewajiban hidup maupun agama.
Mungkin jadi terlihat membosankan, tapi kehidupan yang tampak membosankan ini membuat kami berdua bebas dari masalah keuangan. Yang terkadang masalah keuangan itu juga membuat sebuah hubungan, baik suami istri, keluarga atau teman, menjadi tidak baik.
2. Pikiran yang kebih jernih
Ketika memulai hidup minimalis, cara paling ampuh untuk menghilangkan ‘barang – barang tidak penting adalah dengan decluttering. Begitu pula dengan pikiran. Sesungguhnya, saya merasakan bahwa ketika saya bisa menyingkirkan hal-hal yang seharusnya tidak perlu ada dalam pikiran saya, hal ini membuat jadi lebih sederhana juga dalam berpikir.
Tidak semua hal itu perlu ditanggapi dengan berpikir keras. Dan dengan punya pikiran yang jernih, kita jelas bisa menyelesaikan tugas – tugas harian kita dengan lebih baik.
Pikiran yang jernih juga membuat kita ‘mendengarkan’ suara hati kita sendiri. Suara hati yang menuntun kita kepada hal – hal spiritual yang dapat meningkatkan ketenangan batin kita.
3. Focus pada value hidup
Ketika pikiran kita jernih, maka kita jadi lebih bisa focus pada tujuan dan nilai hidup kita. Karena itu tadi, kita mendengarkan suara hati.
Terkadang suara hati itu sudah ada dalam diri kita, namun karena sekitar kita terlalu noise, terlalu banyak distrosi dan kita juga teralihkan pada hal-hal yang tidak bermakna, maka suara hati itu jadi tidak terdengar. Hidup yang sederhana membuat kita focus pada apa yang ingin kita capai dalam hidup
4. Gak gampang stress dan sakit
Jika kita tidak ada masalah finansial, kebutuhan pokok tercukupi, pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik, sudah pasti pikiran kita tidak akan stress dan badan tidak jatuh sakit. Pikiran yang tidak jernih juga menjadi salah satu penyebab stress. Sesungguhnya ada hal – hal yang bisa kita kendalikan dalam hidup dan ada pula yang tidak bisa kita kendalikan. Yang tidak bisa kita kendalikan contohnya cuaca, bencana alam.
Yang bisa kita kendalikan adalah pikiran dan hati kita. Bagaimana kita melakukan kebiasaan sehari – hari sesuai target dan jadwal pekerjaan. Yang bisa kita lakukan adalah mencegah dan mengantisipasi gejolak yang ada dalam pikiran dan hati kita, yang bisa membuat kita menjadi pribadi yang buruk.
Nah untuk hal – hal yang bisa kita kendalikan, buatlah menjadi sederhana. Sesimple bangun bangun dan langsung olah raga ringan, menyantap sarapan bergizi dan menyertakan Tuhan dalam karya kita sepanjang hari.
5. Lebih banyak bersyukur daripada mengeluh
Hidup sederhana adalah tentang value dan mindset. Banyak orang mengeluh kalau biaya swab antigen itu mahal, tapi dia masih bisa beli baju yang harganya lebih mahal dari antigen.
Namun ada juga yang mobilnya biasa aja, udah 7 tahun dipakai, tapi selalu punya budget untuk swab PCR sebulan sekali. Tanpa mengeluhkan biaya PCR yang mahal.
Ada yang langganan Netflix tapi belum sanggup melunasi hutang, namun ada juga yang tidak langganan hiburan apapun, tapi bebas finansial.
Terus terang hidup sederhana itu bikin saya lebih banyak bersyukur daripada mengeluh. Kenyataannya, banyak orang yang mempunyai pendapatan lebih besar dari saya, namun tidak pernah merasa puas karena uangnya habis untuk memenuhi kepuasan material yang sesaat.
Meskipun saya dan pak suami menjalani kehidupan yang sederhana, bukan berarti kami tidak punya ambisi atau cita – cita yang lain. Suami saya masih punya cita – cita mengambil doktoral di luar negeri, saya ingin berhenti bekerja 9 to 5 dan berkarya dalam bentuk lain, supaya bisa menghabiskan waktu lebih banyak bersama Lukas.
Justru karena kami punya pengharapan itu, maka hidup sederhana adalah cara kami untuk mewujudkannya.
Semoga memberikan inspirasi yaa…
Cheers ^^