Hi!
Sebuah gaya hidup itu personal, bahkan dalam sebuah keluarga, masing – masing anggotanya mempunyai pilihan gaya hidup. Meskipun memang sebagian besar yang mempengaruhi gaya hidup adalah orang tua. Lalu bagaimana jika kita akhirnya memutuskan menikah dan pasangan kita belum mau menyederhanakan hidupnya dengan minimalisme? Atau mungkin tinggal di asrama dan berbagi kamar dengan hoarder?
Kita tidak bisa memaksakan sebuah gaya hidup pada orang lain dan kita tidak mungkin juga men-declutter barang – barang mereka. Namun kita bisa menciptakan ruang untuk bisa berbagi dan dinikmati bersama seluruh keluarga.
Berikut adalah tips sederhana dari saya untuk hidup berdampingan dengan non – minimalist person.
- Berikan Contoh
Saya membiasakan diri untuk merapikan tempat tidur, membilas shower puff, membersihkan cipratan air dan busa di kamar mandi, menjemur handuk dengan rapi dan mengambil tumpukan pakaian dengan perlahan (bukan ditarik). Semua ini adalah cara saya membangun kebiasaan baik untuk diri sendiri dan anak saya kelak. Paling tidak kalau suami saya tidak melakukan hal – hal tersebut, anak saya masih bisa belajar dari saya.
Fun fact: ketika saya remaja dan masih tinggal dengan orang tua, saya orang yang berantakan, tidak pernah merapikan meja belajar. Namun sekarang karena saya sudah tinggal di rumah sendiri, mengalami susahnya melunasi KPR, jadi saya sekarang lebih merawat rumah dibandingkan dulu ketika masih tinggal bersama orang tua.
2. Ruang Pribadi
Saya dan suami berbagi lemari pakaian, rak sepatu dan rak buku. Meski demikian, saya tetap membuat batasan ruang, misalkan : rak lemari bawah untuk saya dan yang atas untuk pak suami (mempertimbangkan tinggi badan supaya mudah mengambilnya), buku – buku saya ada di rak bagian bawah, buku pak suami ada di atas.
Untungnya, di rumah kami ada 2 kamar mandi, saya dan Lukas menggunakan kamar mandi di bawah dan pak suami di kamar mandi atas. Jadi saya tetap bisa menjaga kamar mandi saya selalu bersih dan wangi.
3. Kompromi
Dari pengalaman saya ketika membantu orang lain untuk men-declutter dan merapikan barang – barangnya, biasanya kerapihannya itu tidak bertahan lama. Karena memang yang bersangkutan tidak mau barang – barangnya rapi.
Saya masih bisa mengarahkan dan memberikan pemahaman pada Lukas, karena dia masih kecil dan bisa dibiasakan untuk membeli mainan dan cemilan dengan pertimbangan. Meskipun kadang dia akan menangis sebentar namun dia jadi lebih sabar dalam mendapatkan barang yang diinginkan.
4. Atur dan Rapikan
Fokus pada barang – barang milik kita, setelah declutter maka atur dan rapikan. Pengaturan ini sebaiknya tidak menganggu kenyamanan diri sendiri maupun anggota keluarga lain. Meskipun kita risih dan gatal ingin merapikan, sebaiknya biarkan yang empunya sendiri yang melakukannya. Sambil berdoa dan berharap yang punya barang lama- lama risih juga melihat penyimpanan kita tertata rapi.
Memang tidak mudah untuk tetap sabar jika melihat rumah berantakan karena anggota keluarga lain tidak mencoba menyederhanakan hidupnya dengan mengurangi barang, namun jika kita konsisten menyederhanakan hidup dengan memiliki barang yang sedikit, anggota keluarga lain mungkin bisa melihat kita jadi pribadi yang berbeda. Lebih sehat dan lebih teratur.
Kalau saya sendiri, saya jadi lebih pendiam, karena ngomel – ngomel juga tidak memberikan hasil haha..
Semoga memberikan inspirasi yaa..
Cheers ^^