Atau saya akan menyebutnya ‘The Real Sustainable Clothing’
Belakangan ini saya melakukan ‘detox’ lemari pakaian. Karena lemari pakaian saya yang usianya sudah lebih dari 10 tahun itu, pintunya mulai sulit digeser. Pak suami dan saya berencana untuk membeli lemari yang baru, namun sebelumnya perlu melakukan ‘decluttering’ pakaian lebih dulu, supaya kami bisa menentukan model dan ukuran lemarinya.
Saya menemukan masih ada beberapa dari pakaian saya yang dibeli dari toko fast fashion. Namun pakaian itu sudah sekitar 5 tahunan saya pakai. Di sisi lain, saya menemukan sekitar 3 pakaian dari brand yang ‘sustainable’ namun lebih jarang saya pakai, karena coraknya yang terlalu heboh dan modelnya terbatas untuk dipadu padankan. If You know you know kan?
Dari pengalaman saya tadi, maka saya mulai menyadari bahwa membeli pakaian dari ‘fast fashion brand’ itu tidak masalah, selama kita mengenakannya terus menerus, dan tidak terlalu sering membeli yang baru hanya karena ‘trend’. Sebaliknya, membeli pakaian dari brand yang punya klaim ‘eco friendly’ atau ‘sustainable’ tetapi jarang dipakai dan hanya diam disudut lemari, hal itu tidak bisa disebut ‘sustainable’.
Berikut beberapa hal yang saya pelajari tentang sandang yang berkelanjutan, yang sebenarnya.
- Timeless
Memiliki pakaian dengan model sederhana dan warna netral akan lebih mudah dirawat dan dipadupadan. Saat ini pun, saya lebih suka mengenakan celana jeans dengan tshirt atau kemeja. Bagi saya pakaian jenis ini timeless, tidak akan lekang dimakan waktu. sampai tahun dan usia berapapun, pakaian jenis ini akan selalu klasik untuk dikenakan.
Hal ini termasuk dengan corak pakaian. Seperti yang saya tulis sebelumnya, bahwa saya ada beberapa baju dengan brand ‘sustainable’ dan ‘eco friendly’ namun coraknya terlalu ‘loud’ sehingga sulit dipadu padan. Dan ini menyebabkan si pakaian menjadi not real sustainable karena jadi jarang saya kenakan.
Namun saya masih memiliki pakaian corak garis dan batik. Karena batik adalah pakaian wajib orang Indonesia. Dan itu menjadikan batik sebagai salah satu timeless piece dalam koleksi pakaian.
2. Perawatan Baik dan Benar
Pakaian yang berumur panjang adalah pakaian yang dirawat dengan baik dan benar, paling tidak dirawat sesuai dengan wash instruction label atau care tag yang tercantum pada pakaian. Dari pengalaman saya, pakaian yang dicuci di laundry kiloan akan lebih cepat rusak dan pudar dibandingkan dicuci dengan tangan atau mesin cuci rumahan biasa. Karena di laundry kiloan sering menggunakan pengering pakaian yang bisa merusak pakaian karena panas dan putaran mesinnya yang terlalu kuat.
Pakaian untuk daerah tropis seperti Indonesia seharusnya memiliki karakter yang mudah dirawat dan murah, seperti katun atau linen. Jika dicuci dengan tangan pun akan cepat kering dan tidak meninggalkan bau apek. Bahkan saya punya 3 potong baju favorit dengan material katun dan linen dan mendapat predikat CKP (cuci – kering – pakai) karena saya bisa pakai baju itu setiap hari, saking mudah perawatannya. Dicuci sampai 50 kali pun pakaian ini tidak pudar.
In fact, saya punya satu pakaian yang diwarnai dengan pewarna alami indigo, namun setiap kali dicuci, dengan sabun lerakpun, warnanya luntur. Meskipun brand ini memberikan after sales service berupa re-dye, namun tetap saja harga service mahal, seharga pakaian baru dari gerai fast fashion. hal ini jelas tidak sustainable bagi (keuangan) saya ;). Mengapa? karena saya tidak butuh beli baju baru, tapi saya keluar uang seolah beli baju baru. serba salah bukan?
3. Material Ramah di Kulit
Hal ini juga menjadi pertimbangan saya ketika membeli pakaian. Pakaian sehari – hari, sebaiknya yang nyaman dan ramah dengan kulit kita. Bahannya terbuat dari apa? apakah ada polyester-nya? maka dipastikan pakaian ini tidak akan menyerap keringat ketika dikenakan. apakah ada acrylic-nya? sudah pasti sangat panas jika dikenakan di luar ruangan. Kecuali pakaian olahraga, beberapa pakaian harian dengan elastan atau spandex, biasanya akan cepat berubah bentuk jika tidak dirawat dengan baik. Pakaian jenis ini akan membuat kita menjadi cepat bosan dan jarang dipakai karena tidak nyaman saat mengenakannya. Gaya dan trendy tapi bikin bau badan. apa iya tetap bikin keren?
4. Pakaian Yang Dikenakan Terus Menerus
Bagi saya, sandang yang berkelanjutan adalah yang digunakan terus – menerus sampai betul – betul rusak dan tidak layak pakai. Mungkin itu juga sebabnya saya masih pakai tshirt belel untuk dirumah. Ya seperti baju CKP saya itu, yang cuci kering pakai sampai puluhan kali tapi tetap awet dan warnanya tidak pudar, bahkan kalau kancingnya lepaspun akan saya jahit lagi.
Itulah sebabnya mengapa kita perlu mempertimbangkan memperbaiki lebih dulu kemudian donasi pakaian kepada orang yang membutuhkan, supaya pakaian itu digunakan terus – menerus. Atau kita mempertimbangkan beli sandang preloved, supaya si pakaian berumur panjang.
5. Sesuai Musim dan Gaya Hidup
Sesuai musim disini selain musim tempat kita tinggal (Indonesia jelas negara tropis) juga lebih kepada fase hidup, misalnya fase hamil, fase melahirkan, fase single, fase menjadi ibu dan sebagainya. Musim atau fase dimana ada penyesuaian dalam kehidupan kita. Misalkan saya sekarang tidak bekerja di ruangan ber-AC, maka saya tidak perlu punya blazer atau jaket. Karena sekarang kegiatan saya lebih banyak dirumah, maka isi lemari pakaian saya didominasi dengan gaya kasual seperti jeans, kemeja dan tshirt.
Namun saya masih menyimpan beberapa pakaian khusus untuk acara misalkan dress untuk undangan acara fromal, serta kain dan kebaya untuk undangan adat.
Jangan sampai terjebak dengan spill outfit dari beberapa influencer dalam negeri atau luar negeri, musim dan gaya hidup mereka jelas berbeda dengan kita.
Sandang yang berkelanjutan artinya si sandang, baik itu pakaian, sepatu, atau tas, hidup lama dan dipakai terus menerus dalam kehidupan kita. Mereka juga memberikan value dalam kegiatan keseharian kita. Karena sandang adalah salah satu kebutuhan pokok manusia, maka sebaiknya kita juga mempunyai mindset dan habit yang berkelanjutan terkait dengan sandang ini.
Semoga memberikan inspirasi
Cheers 😉